Umrah mudah, travel amanah, ibadah penuh berkah

Umrah mudah, travel amanah, ibadah penuh berkah

5 Hikmah Rukun Sa’i Dalam Ibadah Haji dan Umrah

Kategori : Haji, Umrah, Ditulis pada : 04 Oktober 2024, 14:54:55

Berbicara mengenai ibadah haji dan umrah tentunya sangat menarik bagi kaum muslimin, apalagi bagi Anda yang tengah mempersiapkan diri untuk menjalani ibadah ke Baitullah. Banyak hikmah yang bisa Anda dapatkan dari perjalanan ibadah haji dan umrah. Selain menambah spiritualitas Anda, Anda bisa memaknai setiap ibadah yang Anda kerjakan ketika di tanah haram.

Terutama saat menunaikan rukun-rukun haji dan umrah, salah satunya adalah rukun sa’i. Sa’i merupakan rukun ketiga setelah ihram dan thawaf. Sama dengan rukun-rukun yang lain, sa’i mempunyai karakteristik khusus dalam pelaksanaannya. Istimewanya lagi, Anda dapat mengambil hikmah dari sejarah mengapa sa’i jadi rukun yang tidak boleh Anda lewatkan.

16.jpg

Photo by Mohamed Nohassi on Unsplash

Secara bahasa, sa’i artinya usaha. Sedangkan rukun sa’i yang kita kenal artinya lari-lari kecil bolak-balik sebanyak 7 kali antara bukit Shafa dan Marwa, dimulai dari bukit Shafa dan terakhir di bukit Marwa.

Jarak antara bukit Shafa dan Marwa yaitu sejauh 400 meter, sehingga total jarak yang Anda tempuh  kurang lebih 3 kilometer apabila bolak-balik sebanyak 7 kali. Tentu saja, Anda wajib memiliki persiapan kesehatan tubuh sebelum menjalani rukun ini. Misalnya, olahraga secara teratur seperti berjalan berapa langkah per hari, jogging atau lari setiap pagi, atau lainnya yang dapat menambah kekuatan fisik Anda. Jadi fisik Anda jauh lebih kuat saat melaksanakan rukun haji dan umrah seperti sa’i.

Sejarah Rukun Sa’i

Bila melihat sejarahnya, sa’i ini bermula dari kisah Nabi Ibrahim saat diperintahkan oleh Allah SWT untuk pindah dari Palestina ke Makkah. Saat itu, merupakan hal yang berat bagi Nabi Ibrahim diperintahkan meninggalkan istri dan anaknya, Siti Hajar dan Ismail kecil di tanah yang gersang nyaris tiada kehidupan di sana.

Siti Hajar hanya pasrah berjalan mengikuti suaminya, pun ketika Nabi Ibrahim pergi meninggalkannya di tempat tersebut. Siti Hajar bingung dengan apa yang terjadi, berkali-kali ia menanyakan pada Nabi Ibrahim yang enggan menjawab. Kemudian ia bertanya, “Hendak kemanakah Engkau, wahai Ibrahim?” Akan tetapi Nabi Ibrahim tak bergeming.

Hinga Siti Hajar bertanya, “Kepada siapakah kami ditinggalkan di lembah ini? Apakah Allah SWT yang menyuruhmu, wahai Ibrahim?” Lalu Nabi Ibrahim menjawab, “Ya, Allah yang menyuruhku.” Dengan wajah yang berseri-seri kemudian ibunda Ismail menjawab, “Laa Yudhoiyyuna ya Allah,” yang artinya ‘Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.

Nabi Ibrahim pun kembali ke Palestina. Meninggalkan Siti Hajar dan Ismail kecil di lembah gersang tersebut karena Allah SWT. Ia mengembalikan segala urusan pada Allah. Siti Hajar, sebagai istri yang shalihah juga beriman kepada Allah SWT yakin bahwa dirinya akan dilindungi oleh Allah.

Selama berhari-hari ia berusaha untuk bertahan hidup dengan perbekalan yang ia bawa. Hingga suatu hari perbekalannya sudah habis, Ismail kecil juga terus menangis karena kehausan. Kemudian, Siti Hajar kesana kemari mencari air di antara dua bukit yaitu bukit Shafa dan bukit Marwa.

Siti Hajar berjalan cepat dari bukit Shafa ke bukit Marwa tanpa tahu di mana letak sumber air, hanya fatamorgana yang ia lihat. Ia kesana-kemari sebanyak 7 kali, sambil terus berharap kepada Allah, yakin Allah akan memberikan pertolongan kepadanya. Tentu saja, Allah datangkan pertolongan-Nya di saat yang tepat.

diduga, Siti Hajar telah berjalan bolak-balik Shafa dan Marwa, akan tetapi Allah justru hadirkan sumber mata air dari bawah kaki kecil Ismail yang menendang-nendang, Sumber air tersebut sangat melimpah, bahkan hingga hari ini masih bisa Anda temuki yang dikenal dengan Air Zam-zam. Sungguh luar biasa, apabila Allah telah menghendaki apapun bisa saja menjadi kenyataan.

pexels-pixabay-221189.jpg

Foto oleh Pixabay dari Pexels

Nama Zamzam juga memiliki kisah, disebut air zamzam karena sumber air tersebut terus memancar tanpa henti bahkan diumpamakan kota Makkah bisa tenggelam bila hal tersebut terus terjadi. Maka, Siti Hajar berucap “Zamzam, zamzam!” yang artinya, “Kumpullah, kumpullah!’ sehingga mata air tersebut tetap memancar namun tidak berlebihan.

Hikmah Rukun Sa’i

Belajar dari ibunda Siti Hajar, banyak sekali hikmah yang dapat Anda petik dari rukun sa’i. Berbagai nilai-nilai positif yang dapat Anda terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut beberapa hikmah yang bisa Anda pelajari:

Belajar Tentang Keimanan

Siti Hajar merupakan salah satu hamba yang dicintai Allah karena keimanannya. Ini terbukti dari reaksi beliau saat Nabi Ibrahim menyatakan bahwa apa yang dikerjakannya adalah karena perintah Allah SWT. Ia juga yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakannya, walaupun kenyataannya ia tinggal di tanah yang gersang saat itu.

Bersikap Tawakkal

Siti Hajar juga memperlihatkan betapa ia penuh tawakkal kepada Rabbnya. Berbeda dengan pasrah, tawakkal merupakan sikap menggantungkan segala apa yang terjadi sesuai dengan kehendak Allah. Oleh karena itu, dalam tawakkal juga ada peran ikhtiar Siti Hajar di sana. Tugas kita adalah berikhtiar, tapi soal keputusan Allah yang menentukan. Sehingga tetap bergantung kepada Allah sebagai satu-satunya pemberi pertolongan dan Yang Maha Menghendaki.

Mendahulukan Ikhtiar

Seperti pemaparan di atas, tawakkal tetap diiringi dengan usaha. Ibunda Siti Hajar memberi contoh bagaimana ia tak berputus asa mencari sumber air antara bukit Shafa dan Marwa. Ia terus bergerak tiada henti, diiringi keimanan dan sikap tawakkalnya untuk terus berusaha. Sehingga Allah datangkan pertolongan mata air zamzam di bawah kaki Ismail kecil.

Jika dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, Anda boleh berikhtiar dengan cara apapun selama itu dengan jalan yang diridhoi Allah. Namun, kadang Allah mendatangkan solusi dari arah yang tidak disangka-sangka. Tak selalu dari apa yang Anda inginkan, tapi tetap yakin bahwa itulah yang terbaik menurut Allah.

Ikhlas

Terakhir, dari sa’i Anda dapat belajar tentang keikhlasan. Bagaimana Siti Hajar sangat ikhlas menerima ketetapan takdir yang Allah berikan, taat kepada perintah-Nya dengan ikhlas tanpa keluhan saat ditinggalkan Nabi Ibrahim, ikhlas membesarkan Ismail, dan seterusnya. Tanpa adanya keikhlasan, akan sulit rasnya menerima ketetapan Allah, sebab sifat manusia yang tak pernah puas.

Nah, itulah hikmah sa’i yang dapat Anda ambili dari kisah Siti Hajar. Semoga dapat meningkatkan keimanan Anda, serta semakin bersemangat saat menjalankan ibadah haji dan umrah. Semoga bermanfaat!

built with : https://erahajj.co.id